Belajar Psikologi (Lulus 2017) Penulis
punya 159 jawaban dan 1,4 jt tayangan
jawaban
Sebelumnya, izinkan saya
untuk sedikit bercerita. Saya adalah orang yg tipenya pendiam dan lebih senang
menjadi pendengar.
Saya pernah menjalin hubungan
dengan dua tipe pria di atas. Yg pertama — kita sebut saja dia A — banyak
bicara, humoris, dan rame. Bisa dibilang bahwa dia tergolong pria yg cuek tapi
sayang. Sementara satunya, si B ini tipe orang yg pendiam, jarang bercerita,
namun dia termasuk pria yg puitis romantis. Dia tau bagaimana memperlakukan
perempuan, apa yg secara umum wanita sukai, dan mulutnya maniiiis sekali. Oh
iya, posisinya saya LDR dengan keduanya saat menjalin hubungan.
Saat menjalin hubungan dengan
si A, saya sangat ingin tau bagaimana rasanya diperlakukan semanis mungkin
dengan pasangan. Tapi hal tsb tidak saya dapatkan darinya krn memang dia bukan
tipe pria puitis romantis yg jago ngegombal.
Komunikasi cukup menarik
karena kami hampir tidak pernah kehabisan bahan obrolan. Dia selalu bercerita.
Semua hal dia ceritakan pada saya. Tentang temannya, atasannya di kantor,
keluarganya, bahkan hal receh tentang kesehariannya pun semuanya dia ceritakan
pada saya. Mungkin karena memang dia tipe yg senang untuk bercerita.
Kalo sudah chat,
bisa panjang-panjang. Bukan yg sebaris dua baris dan singkat. Ketika dia pergi
atau sedang bersama teman-temannya, dia juga selalu mengabari saya.
Walaupun slow respon, tapi dia menceritakan kepada saya apa saja
hal yg mereka lakukan saat sedang meet up, bahkan juga kadang
mengirimi saya foto terkait situasi di sana. Padahal saya ga minta. Di situ
saya merasa senang, krn walaupun saya tidak berada di sana, saya merasa
dilibatkan dan bisa merasakan keseruan yg terjadi. Berasa jadi seseorang yang
dia ingat.
Selanjutnya, ketika bersama si B, jujur saya mendapatkan afeksi yg selama ini saya inginkan dari seorang pria. Merasakan bahwa saya benar-benar diinginkan, disayangi, dan dicintai.
Fyi, love language saya adalah words of affirmation.
Dan si B ini memberikan hal
itu. Mungkin kebutuhan afeksi ini saya dapatkan secara utuh, namun tidak jarang
saya kadang tanpa sengaja membandingkan mereka berdua dalam hal kebutuhan
komunikasi. Daily chat, iya. Tapi isinya standar, jarang cerita.
Bahkan tak jarang isi chat hanya sekadarnya saja. Sebaris dua baris dan
singkat. Kalo misalnya saya chat berbaris-baris juga balasannya seadanya. Jujur
kadang saya sampe bingung harus ngomong apa lagi untuk maintain ritme
percakapan. Kita semua tau bahwa mencari topik pembicaraan itu adalah hal yg
susah.
Saat pergi dengan
teman-temannya, dia seperti menghidupkan mode do not disturb. Chat saya
bisa dianggurin sampe keesokan harinya. Ketika dia muncul, ya hanya greeting tanpa
bercerita keseruan apa saja yg dia lakukan bersama teman-temannya. Awalnya saya
kaget, mungkin krn saya masih terbawa kebiasaan dengan si A karena dia
memberikan saya kenyamanan dan kebiasaan akan hal itu. Tapi lama-lama saya
menjadi mengerti pola yg diterapkan si B ketika sedang qtime dengan
teman-temannya.
Saya sempat bilang bahwa saya
tidak mengharapkan bahwa dia harus menghubungi saya 24/7. Ya saya juga sadar
kalo dunianya ga melulu tentang saya. Saya cuma menginginkannya untuk
berbagi. Slow respon gapapa, asal ketika muncul itu ada hal yg
dia ceritakan lah paling tidak. Soalnya rasanya gondok kalo begitu muncul tapi
cuma greeting doang. Kalo saya tanya baru lah dia akan cerita
semalam acaranya apa saja.
Saya menyadari bahwa mereka
seperti 2 sisi mata uang yg berbeda. Tak jarang pun saya membandingkan mereka
berdua. Saya sadar kalo manusia memang ada plus minusnya dan seharusnya hal tsb
tidak saya bandingkan.
Memang sih semua kembali pada
preferensi masing-masing dalam memilih pasangan. Tapi entah kenapa saya pribadi
lebih merasa nyaman kalo pasangan saya banyak bicara. Banyak hal yg bisa
diceritakan, dan dibagi bersama. Saya merasa pasangan saya melibatkan saya di
kesehariannya. Mungkin ini salah satu caranya menunjukkan rasa sayangnya. Dia
menghargai saya sebagai pasangannya sehingga dia mempercayai saya untuk membagi
ceritanya.
Awalnya saya berfikir saya
butuh afeksi krn sejujurnya saya adalah orang yg clingy, tapi
kadang saya juga mikir kalo afeksi terus tanpa ada obrolan saya juga bingung.
Saya juga butuh tempat untuk berbagi cerita, apalagi LDR.
~~~
Pesan saya, pilihlah
seseorang yg bisa membuatmu nyaman bahkan ketika sedang tidak melakukan
aktivitas apapun. Bersamalah dengan dia yg bisa menghargai kehadiran kita.
Masing-masing orang punya
tipenya tersendiri, tidak ada hal benar dan salah untuk menjawab pertanyaan
ini. Semua balik lagi pada kenyamanan kita saat bersama dia. Selalu ingat bahwa
tidak ada manusia yg sempurna, pasti ada saja kurangnya. Berusahalah untuk
saling melengkapi dan mengisi kekurangan masing-masing ☺️
Tulisan ini dari : Indriyani Lestaridevi
Belajar Psikologi (Lulus 2017) Menulis ceritanya di Quora, dari pertanyaan : "Mana yang kalian pilih, memilih pasangan yang pendiam atau pasangan yang banyak bicara dan ceria?" Klik => [Link sumber tulisan]
Penulis
punya 159 jawaban dan 1,4 jt tayangan
jawaban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kalo mau hujat bolehh..