Selasa, 22 Juli 2025

Pasangan Pendiam atau Banyak Bicara ?

 

Indriyani Lestaridevi

Belajar Psikologi (Lulus 2017) Penulis punya 159 jawaban dan 1,4 jt tayangan jawaban


Sebelumnya, izinkan saya untuk sedikit bercerita. Saya adalah orang yg tipenya pendiam dan lebih senang menjadi pendengar.


Saya pernah menjalin hubungan dengan dua tipe pria di atas. Yg pertama — kita sebut saja dia A — banyak bicara, humoris, dan rame. Bisa dibilang bahwa dia tergolong pria yg cuek tapi sayang. Sementara satunya, si B ini tipe orang yg pendiam, jarang bercerita, namun dia termasuk pria yg puitis romantis. Dia tau bagaimana memperlakukan perempuan, apa yg secara umum wanita sukai, dan mulutnya maniiiis sekali. Oh iya, posisinya saya LDR dengan keduanya saat menjalin hubungan.


Saat menjalin hubungan dengan si A, saya sangat ingin tau bagaimana rasanya diperlakukan semanis mungkin dengan pasangan. Tapi hal tsb tidak saya dapatkan darinya krn memang dia bukan tipe pria puitis romantis yg jago ngegombal.


Komunikasi cukup menarik karena kami hampir tidak pernah kehabisan bahan obrolan. Dia selalu bercerita. Semua hal dia ceritakan pada saya. Tentang temannya, atasannya di kantor, keluarganya, bahkan hal receh tentang kesehariannya pun semuanya dia ceritakan pada saya. Mungkin karena memang dia tipe yg senang untuk bercerita.


Kalo sudah chat, bisa panjang-panjang. Bukan yg sebaris dua baris dan singkat. Ketika dia pergi atau sedang bersama teman-temannya, dia juga selalu mengabari saya. Walaupun slow respon, tapi dia menceritakan kepada saya apa saja hal yg mereka lakukan saat sedang meet up, bahkan juga kadang mengirimi saya foto terkait situasi di sana. Padahal saya ga minta. Di situ saya merasa senang, krn walaupun saya tidak berada di sana, saya merasa dilibatkan dan bisa merasakan keseruan yg terjadi. Berasa jadi seseorang yang dia ingat.


Selanjutnya, ketika bersama si B, jujur saya mendapatkan afeksi yg selama ini saya inginkan dari seorang pria. Merasakan bahwa saya benar-benar diinginkan, disayangi, dan dicintai.


Fyilove language saya adalah words of affirmation.


Dan si B ini memberikan hal itu. Mungkin kebutuhan afeksi ini saya dapatkan secara utuh, namun tidak jarang saya kadang tanpa sengaja membandingkan mereka berdua dalam hal kebutuhan komunikasiDaily chat, iya. Tapi isinya standar, jarang cerita. Bahkan tak jarang isi chat hanya sekadarnya saja. Sebaris dua baris dan singkat. Kalo misalnya saya chat berbaris-baris juga balasannya seadanya. Jujur kadang saya sampe bingung harus ngomong apa lagi untuk maintain ritme percakapan. Kita semua tau bahwa mencari topik pembicaraan itu adalah hal yg susah.


Saat pergi dengan teman-temannya, dia seperti menghidupkan mode do not disturbChat saya bisa dianggurin sampe keesokan harinya. Ketika dia muncul, ya hanya greeting tanpa bercerita keseruan apa saja yg dia lakukan bersama teman-temannya. Awalnya saya kaget, mungkin krn saya masih terbawa kebiasaan dengan si A karena dia memberikan saya kenyamanan dan kebiasaan akan hal itu. Tapi lama-lama saya menjadi mengerti pola yg diterapkan si B ketika sedang qtime dengan teman-temannya.


Saya sempat bilang bahwa saya tidak mengharapkan bahwa dia harus menghubungi saya 24/7. Ya saya juga sadar kalo dunianya ga melulu tentang saya. Saya cuma menginginkannya untuk berbagi. Slow respon gapapa, asal ketika muncul itu ada hal yg dia ceritakan lah paling tidak. Soalnya rasanya gondok kalo begitu muncul tapi cuma greeting doang. Kalo saya tanya baru lah dia akan cerita semalam acaranya apa saja.


Saya menyadari bahwa mereka seperti 2 sisi mata uang yg berbeda. Tak jarang pun saya membandingkan mereka berdua. Saya sadar kalo manusia memang ada plus minusnya dan seharusnya hal tsb tidak saya bandingkan.


Memang sih semua kembali pada preferensi masing-masing dalam memilih pasangan. Tapi entah kenapa saya pribadi lebih merasa nyaman kalo pasangan saya banyak bicara. Banyak hal yg bisa diceritakan, dan dibagi bersama. Saya merasa pasangan saya melibatkan saya di kesehariannya. Mungkin ini salah satu caranya menunjukkan rasa sayangnya. Dia menghargai saya sebagai pasangannya sehingga dia mempercayai saya untuk membagi ceritanya.


Awalnya saya berfikir saya butuh afeksi krn sejujurnya saya adalah orang yg clingy, tapi kadang saya juga mikir kalo afeksi terus tanpa ada obrolan saya juga bingung. Saya juga butuh tempat untuk berbagi cerita, apalagi LDR.


~~~


Pesan saya, pilihlah seseorang yg bisa membuatmu nyaman bahkan ketika sedang tidak melakukan aktivitas apapun. Bersamalah dengan dia yg bisa menghargai kehadiran kita.


Masing-masing orang punya tipenya tersendiri, tidak ada hal benar dan salah untuk menjawab pertanyaan ini. Semua balik lagi pada kenyamanan kita saat bersama dia. Selalu ingat bahwa tidak ada manusia yg sempurna, pasti ada saja kurangnya. Berusahalah untuk saling melengkapi dan mengisi kekurangan masing-masing ☺️



 

Tulisan ini dari : Indriyani Lestaridevi 

Belajar Psikologi (Lulus 2017) Menulis ceritanya di Quora, dari pertanyaan : "Mana yang kalian pilih, memilih pasangan yang pendiam atau pasangan yang banyak bicara dan ceria?" Klik => [Link sumber tulisan]


Penulis punya 159 jawaban dan 1,4 jt tayangan jawaban


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kalo mau hujat bolehh..

komentar reply